Rabu, 18 Juni 2025

NRR – Jejak Tanpa Nama

Darma Wirya Universe, mempersembahkan novelet lima bagian (A–E) dengan gaya khas multiverse realistis-heroik. Mengisahkan pria muda dengan tubuh atletis, berjaket kulit hitam, menaiki motor di gurun berdebu—simbol lone rider, kekuatan, dan misi pribadi.


Judul Novelet: NRR – Jejak Tanpa Nama

Karakter Utama:

NRR – Nama alias dari seorang pemuda misterius berusia 23 tahun, berinisial asli “Narasuma Rakha Rudra”. Ia bukan sekadar pengendara motor di tengah padang pasir—ia adalah penyintas dari retakan semesta, Naraditya Variant 7, pembawa pesan terakhir dari dunia yang hancur.


Bagian A – Jejak Debu yang Hilang

Padang pasir yang sunyi. Tidak ada peta, tidak ada arah. Hanya jejak roda motor yang membelah tanah kemarau dan badai yang menyapu bisu.

NRR, lelaki bermata tajam dengan luka tersembunyi di dada dan jiwa, melaju dengan motor tua warisan ayahnya—Shadra, motor yang bisa membaca pusaran waktu dan membuka celah antar realitas. Tujuannya: mencari Menara Lumen, sebuah menara cahaya yang hanya muncul di saat langit kehilangan warna.

Ia tidak sedang melarikan diri. Ia mengejar sesuatu.

Di balik jaket kulitnya, tertulis simbol “JIVA NRR”—bukan hanya inisial. Itu adalah tanda hidup kedua, bukti bahwa ia sudah mati satu kali, lalu kembali, namun tanpa hak untuk menetap.


Bagian B – Tanda dari Timur

NRR memasuki reruntuhan kota kuno bernama Atmadhara, tempat di mana waktu terjebak antara pagi dan senja. Ia bertemu dengan Sayla, gadis penjaga gerbang waktu, yang memiliki kenangan tentang Darma Wirya dari dimensi utama.

Sayla terkejut: “Kau… bukan dari sini. Tapi wajahmu membawa luka masa lalu.”

NRR tidak menjawab. Ia hanya menunjukkan bekas luka melintang di perut—luka akibat ledakan multidimensi yang meretakkan semestanya sendiri. Sayla lalu memberi peringatan: jika NRR meneruskan perjalanannya menuju Menara Lumen, ia akan kehilangan semua memori yang tersisa—termasuk namanya.

Namun NRR menjawab dengan tenang, “Aku tidak datang untuk mengingat. Aku datang untuk menyudahi.”


Bagian C – Badai, Darah, dan Bayangan

Dalam perjalanan ke Menara Lumen, badai dimensi menyerang. Bayangan dari Void-Kin, makhluk hitam tanpa wujud, mulai mengejarnya. Mereka adalah penjaga realitas—dan musuh utama semua variant yang membangkang.

NRR harus memilih: kembali ke Atmadhara dan hidup sebagai manusia biasa, atau menerobos garis takdir dan menghadapi kekuatan yang bisa menghapus dirinya dari semua versi dunia.

Ia memilih melawan.

Dengan kekuatan yang mengalir dari dada bertato “NRR”, tubuhnya menyala—menggigil antara manusia dan entitas. Ia memanggil kekuatan pamungkas miliknya: “Jiwa Niskala”, warisan tersegel dari garis darah Darma Raksa.


Bagian D – Langit Retak, Tanah Bicara

Menara Lumen muncul di tengah badai cahaya. Langit pecah seperti kaca, dan dunia berubah menjadi serpihan bayangan masa lalu.

Di puncak menara, NRR bertemu versi tuanya—Rakha Tertua, varian dirinya yang bertahan 900 tahun demi menjaga stabilitas dunia. Rakha Tertua menyodorkan pilihan terakhir: “Hancurkan menara ini dan semua dunia akan bebas, atau biarkan menara hidup, dan kau menjadi penebus dosa kita semua.”

NRR menatap langit. Lalu dengan tenang menjawab, “Aku datang bukan untuk bebas. Aku datang untuk membuat semua ini bermakna.”

Ia menyalakan inti mesin waktu di jantung Menara Lumen. Suara gelombang menghantam tanah, dan garis takdir mengalir ulang. Dunia tidak dihancurkan, tapi ditulis ulang.


Bagian E – Yang Tidak Lagi Bernama

NRR menghilang dari semua catatan. Dunia kembali berjalan, namun tidak ada yang ingat siapa dia. Hanya Sayla yang sesekali menatap langit dan merasa ada seseorang yang pernah berkorban tanpa pernah dikenang.

Di tengah padang pasir yang dulu tandus, tumbuh satu pohon. Di batangnya terukir samar:
“JIVA NRR – Aku Hidup Kembali Bukan untuk Dikenal, Tapi untuk Menyelesaikan.”

Dan motor tua Shadra? Hilang tanpa jejak.

Namun jika kau mendengar suara mesin di tengah sunyi… mungkin itu dia. Masih melaju, di antara retakan semesta.


TAMAT