Serial Putra Duyung & 1001 Keajaiban
EPISODE 04 – TAKBIR MENGGEMA DI ATLANTIS AQUARIS
Tanggal kejadian: Kamis – Senin, 5–9 Juni 2025
Lokasi utama: Kerajaan Atlantis Aquaris, Pulau Transaksi Rahasia, Pulau Suci Penyembelihan
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 04:00 WIB
ADEGAN 1 – ISTANA LAUT ATLANTIS – SUBUH
(Cahaya lembut menembus air laut. Para duyung mengenakan pakaian terbaik mereka. Gema takbir terdengar pelan dari penjuru istana.)
NARATOR (V.O.):
Pagi itu, takbir menggetarkan lautan. Hari Raya Idul Adha telah datang ke Atlantis Aquaris. Sebuah kerajaan laut yang menjunjung tinggi nilai Islam dan pengorbanan.
---
RATU NAZIRA (berbisik kepada anaknya, Pangeran Marino)
Marino, ingat… bukan seberapa besar kurban kita, tapi seberapa dalam niat dan keikhlasannya.
PANGERAN MARINO (tersenyum bijak)
Aku tahu, Ibu. Tapi aku ingin rakyat melihat bahwa kerajaan pun tak luput dari kewajiban… Kita semua sama di hadapan-Nya.
---
Kamis, 05 Juni 2025 pukul 10:00 WIB
ADEGAN 2 – PERBATASAN LAUT DAN PULAU TRANSAKSI – SIANG
(Empat mantan duyung yang kini menjadi manusia sederhana berdiskusi sambil menunggu perahu pengangkut hewan kurban datang.)
RAHMAT (mantan duyung, kini nelayan):
Ingat perjanjian kita. Jangan menarik perhatian. Hidup sederhana. Tidak pamer.
DINDA (mantan duyung, kini peternak):
Tentu. Kita datang bukan sebagai pemilik harta, tapi sebagai penghubung amanah.
(Perahu tiba. Beberapa kambing dan sapi darat terlihat sehat dan terawat. Rahmat memeriksa satu per satu.)
RAHMAT:
Yang ini sehat. Lihat giginya. Tak cacat. Siap untuk kurban.
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 08:00 WIB
ADEGAN 3 – PULAU SUCI PENYEMBELIHAN – PAGI HARI RAYA
(Tempat sunyi yang telah dibersihkan dan disucikan. Para ulama laut dan warga berkumpul dalam lingkaran. Seekor sapi didudukkan dengan tenang.)
ULAMA LAUT:
Bismillah… Allahu Akbar.
(Pisau tajam bekerja cepat. Gema takbir mengiringi proses sakral itu. Duyung anak-anak terdiam takjub.)
DUYUNG KECIL EKA:
Ayah… kenapa harus disembelih? Kasihan…
AYAH DUYUNG KECIL EKA:
Ini bukan tentang menyakiti. Ini tentang memberi… dan belajar ikhlas.
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 13:00 WIB
selesai salat Jumat
ADEGAN 4 – DISTRIBUSI DAGING DI ISTANA ATLANTIS – SORE
(Warga duyung antre tertib. Bangsawan ikut membantu membungkus dan membagikan daging kurban.)
PANGERAN MARINO (mengangkat sepiring daging):
Untuk keluarga Pak Nurillah. Ini jatah kalian.
DUYUNG JELATA:
Terima kasih, Yang Mulia. Tapi kami malu, seharusnya kami yang melayani.
RATU NAZIRA (tersenyum lembut):
Hari ini kita semua adalah pelayan cinta dan pengorbanan.
---
Kamis, 05 Juni 2025 pukul 20:00 WIB
ADEGAN 5 – MALAM TAKBIRAN DI GERBANG LAUT
(Laut tampak bersinar oleh cahaya rembulan. Para duyung berkumpul, berdzikir dan bertakbir bersama. Musik lembut menyatu dengan arus laut.)
LAGU TEMA MENGALUN PELAN (INSTRUMENTAL DENGAN BACK VOCAL):
“Tiada kambing, tiada sapi di sini
Tapi cinta kami, tulus tak bertepi
Dari dasar laut, kami pun berkurban
Untuk rida Allah yang Maha Penyayang…”
---
NARATOR (V.O.):
Di dasar laut yang jauh dari dunia manusia… gema takbir membelah samudra. Atlantis Aquaris merayakan Idul Adha… dengan hati yang berserah.
---
Kamis, 05 Juni 2025 pukul 21:00 WIB
ADEGAN 6 – GERBANG LAUT, MALAM HARI
(Takbir masih bergema pelan. Suasana sakral. Rakyat duyung duduk membentuk setengah lingkaran. Lentera laut bergoyang lembut di arus. Beberapa anak duyung terlihat mengantuk namun masih ingin mendengar kisah.)
DUYUNG ANAK DWI (berbisik):
Kakek... apa Nabi Ibrahim juga pernah tinggal di laut seperti kita?
KAKEK DUYUNG ANAK DWI (tersenyum sambil mengelus kepala cucunya):
Tidak, cucuku. Nabi Ibrahim hidup di daratan. Tapi ketulusan hatinya... bisa dirasakan sampai ke dasar samudra.
DUYUNG ANAK DWI:
Lalu... kalau kita nggak punya kambing sendiri, apa kurban kita tetap diterima?
KAKEK DUYUNG:
Yang dilihat Allah... bukan kambingnya, tapi niatmu. Kita tidak punya darat, tapi kita punya ikhlas.
---
Kamis, 05 Juni 2025 pukul 22:00 WIB
ADEGAN 7 – BALKON ISTANA LAUT, BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
(Ratu Nazira dan Pangeran Marino berdiri menghadap laut luas. Cahaya bulan menyinari mereka. Angin laut berembus tenang.)
RATU NAZIRA:
Marino... suatu hari, engkau akan menjadi raja. Hari ini kau telah memimpin rakyat dengan hati.
PANGERAN MARINO:
Tapi aku takut, Ibu... takut saat kelak tidak bisa memberi cukup kepada semua.
RATU NAZIRA:
Raja sejati bukan yang memberi paling banyak… tapi yang membuat rakyat merasa paling cukup.
---
Kamis, 05 Juni 2025 pukul 22:00 WIB
ADEGAN 8 – RUMAH RAHMAT DI DUNIA MANUSIA – WAKTU YANG SAMA
(Rahmat, mantan duyung, duduk di beranda rumah kayu sederhana. Ia menatap langit penuh bintang sambil mendengar takbir dari masjid desa. Istrinya, manusia biasa, datang membawa teh hangat.)
ISTRI RAHMAT:
Kau rindu laut, ya?
RAHMAT:
Bukan cuma laut. Tapi saudara-saudara yang kini sedang bertakbir di bawah sana...
(ia menunjuk laut yang gelap)
Mereka merayakan seperti kita. Mungkin lebih tulus.
ISTRI RAHMAT:
Kau sudah membantu mereka, Rahmat. Dengan caramu. Dan kau tetap bisa berdoa dari sini.
RAHMAT:
Benar... Doa tak pernah tenggelam.
---
Kamis, 05 Juni 2025 pukul 24:00 WIB
ADEGAN 9 – KEMBALI KE ATLANTIS AQUARIS, GERBANG UTAMA – TENGAH MALAM
(Para rakyat mulai pulang ke rumah masing-masing. Suasana mulai hening. Ratu Nazira menyentuh lentera laut yang terakhir, mematikannya perlahan.)
RATU NAZIRA (dalam hati):
Ya Allah... terimalah kurban kami. Sekalipun dari dasar lautan, semoga wangi keikhlasan kami sampai ke Arasy-Mu...
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 00:30 WIB
ADEGAN 10 – TEPI KUIL TERDALAM ATLANTIS – TENGAH MALAM
(Pangeran Marino diam-diam pergi sendiri, membawa lentera kecil. Ia menuruni lorong koral yang menuju kuil terdalam—tempat rahasia yang hanya dikunjungi di saat-saat penting. Ia melihat sosok berjubah berdiri di sana: Ulama Tua Laut, Syekh Dzulqarnain.)
SYEKH DZULQARNAIN (tanpa menoleh):
Kau datang... seperti yang kutahu kau akan datang, Marino.
PANGERAN MARINO:
Aku tak bisa tidur. Seolah ada panggilan... dan aku ikuti langkah kakiku sendiri ke sini.
SYEKH DZULQARNAIN:
Itulah takbir yang sejati, Nak. Ia bukan hanya suara. Ia getar jiwa. Seruan dari Tuhan.
PANGERAN MARINO:
Syekh... bolehkah aku bertanya jujur?
(ragu sejenak)
Apa kita tidak berdosa... membeli hewan kurban dari manusia? Menyembelih di pulau yang tak terlihat? Seolah menyembunyikan ibadah kita?
SYEKH DZULQARNAIN (berbalik, menatap dengan mata penuh cahaya):
Yang tersembunyi tidak selalu berarti malu, Marino. Kadang justru yang disembunyikan... adalah yang paling berharga.
PANGERAN MARINO:
Aku hanya ingin memastikan... bahwa kurban kita bukan hanya simbol. Tapi benar-benar diterima-Nya.
SYEKH DZULQARNAIN (tersenyum tenang):
Selama engkau khawatir akan diterima atau tidak... berarti hatimu masih hidup. Dan selama hati masih hidup, maka kurbanmu masih bernyawa.
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 04:00 WIB
ADEGAN 11 – ADEGAN ISTANA, MENJELANG FAJAR
(Salah satu pengawal istana, Yuda, sedang berbicara dengan temannya, Rana, sesama penjaga. Mereka duduk sambil menyusun daftar distribusi daging kurban.)
YUDA:
Kita harus pastikan keluarga Duyung Tua di Teluk Karam dapat jatah daging lebih. Mereka sepi dan tak punya siapa-siapa lagi.
RANA:
Benar. Dan Si Nel, anak yatim itu... kemarin dia menatap lentera sambil berdoa. Aku dengar sendiri dia minta daging kurban.
YUDA (senyum haru):
Laut ini luas, Rana. Tapi hati yang saling peduli lebih luas lagi.
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 04:00 WIB
ADEGAN 12 – KEMBALI KE RUMAH RAHMAT, DUNIA MANUSIA – SEBELUM SUBUH
(Rahmat masih terjaga. Ia duduk di depan jendela. Terdengar suara sapi mengembik di halaman. Ia bangkit pelan, keluar, dan mengelus kepala sapi kurban yang besok akan disembelih.)
RAHMAT (berbisik pada sapi):
Besok... kau bukan lagi hanya seekor sapi. Kau akan jadi titian doa, jembatan cinta... dari manusia... ke dasar laut.
(Ia meneteskan air mata. Istrinya melihat dari jendela dalam diam.)
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 04:30 WIB
ADEGAN 13 – ATLANTIS AQUARIS, MENJELANG SUBUH
(Ratu Nazira berdiri di balkon, memandang langit laut. Purnama mulai memudar, dan fajar mulai mengendap di ujung horizon laut.)
RATU NAZIRA (dalam hati):
Subuh akan segera datang. Dan dengan cahaya pertamanya... kurban akan dimulai.
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 05:50 WIB
ADEGAN 14 – PAGI HARI, DI JALAN MENUJU LAPANGAN LAUT UTAMA
(Ratusan warga Atlantis Aquaris mulai berenang perlahan dalam formasi kelompok menuju Lapangan Laut Utama – sebuah ruang terbuka yang dikelilingi karang raksasa berbentuk lingkaran. Para lelaki dewasa di barisan depan, diikuti para ibu dan anak-anak di belakang. Alunan takbir menggema dari kerang-kerang gema di sepanjang jalan laut.)
NEL (anak yatim, 10 tahun, matanya bersinar):
Lihat! Itu yang disebut Lapangan Laut? Wah... besarnya seperti lautan lain di dalam lautan!
RANA (penjaga, tersenyum):
Ini tempat khusus, Nel. Hanya dipakai saat hari besar seperti ini. Lihat karang-karangnya… disusun oleh para penata laut zaman dahulu.
DUYUNG TUA (berjalan perlahan di tengah kerumunan):
Setiap takbir yang terdengar di sini... katanya bisa terdengar juga oleh para ikan penjaga mimpi.
NEL:
Ikan penjaga mimpi? Beneran ada?
DUYUNG TUA (tersenyum lebar, mengedipkan mata):
Kalau kau percaya, maka mereka pun percaya padamu.
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 06:00 WIB
ADEGAN 15 – TEMPAT WUDU LAUT, DI TEPI LAPANGAN
(Warga duyung mengantre untuk wudu di sebuah aliran air tawar ajaib yang keluar dari celah karang—disebut "Aliran Zamzam Laut". Mereka menunggu dengan tertib, saling senyum, dan bergantian.)
PANGERAN MARINO (berbisik pada Yuda):
Ini aneh. Setiap kali aku berwudu di sini... rasanya dinginnya seperti menyucikan hati juga.
YUDA (serius):
Karena memang air itu bukan sekadar air. Konon tetes pertamanya diturunkan dari langit malam pertama Ramadan oleh ikan Jibril.
PANGERAN MARINO (terdiam):
MasyaAllah...
(Di belakang mereka, beberapa pemuda bercanda ringan.)
PEMUDA 1:
Eh, jangan rebutan air wudu dong. Nanti jadi kayak antrian beli mutiara diskon.
PEMUDA 2 (menimpali sambil tertawa):
Kalau kaki duyung bisa dipijit sambil antre, pasti makin ramai nih!
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 06:15 WIB
ADEGAN 16 – LAPANGAN LAUT UTAMA, SETELAH SEMUA BERWUDU
(Barisan jemaah sudah tersusun rapi. Karpet doa berbentuk ganggang tenun digelar di dasar laut. Imam Salat, Syekh Dzulqarnain, berdiri di depan mimbar koral. Semua sunyi. Takbir terakhir dilantunkan bersama sebelum salat dimulai.)
SYEKH DZULQARNAIN (lantang tapi lembut):
Allahu Akbar… Allahu Akbar… La ilaha illallah…
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Walillahil Hamd…
(Semua jemaah menggemakan takbir serentak. Kamera menyorot wajah Nel, Ratu Nazira, Pangeran Marino, Rahmat (di dunia manusia) yang juga bersiap di lapangan masjid darat—semua menyatu dalam gema takbir lintas dunia.)
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 07:00 WIB
ADEGAN 17 – KHOTBAH IED, SELESAI SALAT
(Syekh Dzulqarnain berdiri di atas mimbar koral.)
SYEKH DZULQARNAIN:
Wahai saudara-saudaraku di lautan dan daratan…
Idul Adha adalah saat ketika Ibrahim 'alaihissalam diuji… bukan hanya dengan sembelihan, tapi dengan keyakinan dan ketaatan...
Hari ini, kita pun diuji. Mampukah kita berkorban bukan hanya daging… tapi juga ego, kesombongan, dan keengganan untuk peduli?
(Semua mendengarkan dengan tenang. Air laut seakan mengalun perlahan, khusyuk.)
SYEKH DZULQARNAIN (melanjutkan dengan suara tenang namun menggugah):
...Wahai penghuni samudra yang dirahmati Allah, janganlah kita hanya melihat kurban sebagai sekadar penyembelihan. Di balik setiap tetes darah yang menetes, ada harapan… ada keikhlasan… ada bukti cinta kepada Sang Khalik.
Hari ini, kita yang hidup di laut, berkurban melalui jalan yang berbeda—namun ruhnya tetap sama. Kita menukar mutiara dengan sapi dan kambing, kita berlayar jauh, kita menjaga rahasia agar aman. Tapi semua itu kita lakukan demi satu hal: taat kepada perintah-Nya.
(Semua jemaah duyung terdiam. Bahkan anak-anak pun tampak menyimak dengan penuh takzim.)
SYEKH DZULQARNAIN:
Ingatlah, sebesar apapun kurban yang kita lakukan, yang diterima oleh Allah bukan dagingnya… bukan pula darahnya…
Melainkan ketakwaan dari hati kita.
وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ – (QS. Al-Hajj: 37)
(Terdengar gemuruh "Subhanallah" pelan dari para jemaah.)
SYEKH DZULQARNAIN (menutup khutbah):
Semoga Idul Adha tahun ini menjadi pemurnian hati, penguat ikatan antar sesama, dan bukti bahwa lautan pun bisa bersujud dalam penghambaan.
Taqabbalallahu minna wa minkum.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
JEMAAH (serempak):
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 07:30 WIB
ADEGAN 18 – SELESAI SALAT, SUASANA HANGAT DAN CERIA
(Jemaah mulai bersalaman dan saling memeluk. Wajah-wajah haru dan bahagia terlihat di mana-mana. Nel berlari menghampiri teman-temannya sambil tersenyum.)
NEL (penuh semangat):
Ayahku dulu bilang... kalau hari ini kita bisa salat berjamaah dan dengar khutbah sampai selesai, insyaAllah kita ikut bagian dalam pahala Ibrahim!
RANA (mengusap kepala Nel):
Dan kamu sudah melakukannya, Nel. Ayahmu pasti bangga.
(Pangeran Marino mendekati Ratu Nazira.)
PANGERAN MARINO (pelan):
Ibu... dulu aku tak pernah benar-benar paham kenapa ayah begitu menjaga hari ini. Sekarang, aku mulai mengerti.
RATU NAZIRA (menghela napas lembut):
Karena hari ini... bukan tentang siapa kita, tapi tentang siapa yang kita cintai di atas segalanya. Dan bagi ayahmu... itu adalah Allah.
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 08:00 WIB
ADEGAN 19 – PERJALANAN MENUJU PULAU SUCI UNTUK PENYEMBELIHAN
Lokasi: Dermaga dalam laut – Siang hari, air laut bening diterangi cahaya matahari dari permukaan.
(Beberapa perahu laut khusus milik Kerajaan Atlantis Aquaris bersandar. Warga pilihan dan perwakilan keluarga kerajaan mulai menaiki perahu. Di antara mereka, tampak Pangeran Marino, Syekh Dzulqarnain, dan beberapa pemuka masyarakat.)
PANGERAN MARINO (kepada pengawal):
Pastikan sapi dan kambing yang akan dikurbankan sudah dinaikkan ke perahu logistik. Semuanya harus dalam kondisi sehat.
PENGAWAL:
Siap, Yang Mulia. Semua sudah sesuai daftar dari Syekh Dzulqarnain dan telah diperiksa oleh tim medis laut.
(Sementara itu, Bintang dan Nel berdiri bersama Rana di tepi dermaga, memandangi barisan perahu.)
NEL (antusias):
Kita ikut juga, kan? Aku belum pernah melihat langsung penyembelihan kurban di Pulau Suci.
BINTANG:
Tentu. Justru ini bagian paling sakral dari perayaan. Tapi kita harus jaga sikap, Nel. Di sana suasananya khidmat.
RANA:
Pulau itu telah dijaga dan disucikan sejak lama. Bahkan tidak semua warga boleh masuk kecuali yang diundang kerajaan.
(Semua mulai menaiki perahu. Rombongan berlayar dalam formasi rapi. Di latar belakang, tampak rombongan hewan kurban—sapi dan kambing darat—diangkut dalam perahu tertutup yang telah dimodifikasi khusus untuk kehidupan laut.)
SYEKH DZULQARNAIN (berdoa pelan):
Ya Allah, lancarkanlah perjalanan ini. Jadikanlah penyembelihan ini sebagai bentuk ibadah yang Engkau terima...
(Kamera mengarah ke langit laut, cahaya mentari menembus permukaan air dengan indah. Suasana hening, angin laut berhembus lembut. Dari kejauhan tampak siluet Pulau Suci, kecil namun megah, dipagari tebing karang dan pepohonan air.)
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 08:15 WIB
ADEGAN 20 – TIBA DI PULAU SUCI
(Semua perahu merapat perlahan ke dermaga Pulau Suci. Mereka turun dengan tertib. Ulama-ulama laut sudah menunggu di tempat penyembelihan yang telah disiapkan.)
ULAMA 1 (kepada Syekh Dzulqarnain):
Hewan-hewan kurban telah diperiksa. Kami siap memulai sesuai waktu yang ditentukan.
SYEKH DZULQARNAIN (menunduk):
Baik. Mari kita mulai dengan doa bersama.
(Semua berkumpul dalam lingkaran. Gema doa-doa pun dimulai. Sapi pertama yang akan dikurbankan dibawa mendekat. Seekor sapi jantan besar, sehat, tampak tenang.)
SYEKH DZULQARNAIN (membaca niat dengan suara lantang):
Bismillahi Allahu Akbar... Ini kurban dari umat Atlantis Aquaris... Semoga Allah menerimanya...
(Penyembelihan dilakukan dengan teknik syariat yang diajarkan. Darah pertama menyentuh tanah suci di pulau itu. Warga menunduk khidmat. Beberapa meneteskan air mata.)
BINTANG (berbisik ke Rana):
Ternyata... terasa lebih dalam ketika melihatnya langsung. Ini bukan sekadar tradisi. Ini tentang hubungan kita dengan Tuhan...
RANA:
Dan pengorbanan... yang tidak semua orang bisa lakukan dengan tulus.
(Kamera menyorot anak-anak yang menyaksikan dengan takzim, belajar makna dari momen itu. Satu per satu hewan kurban disembelih. Setelah semuanya selesai, para petugas mulai memotong, mengemas, dan mendistribusikan daging ke wadah khusus untuk dibawa kembali ke kerajaan.)
SYEKH DZULQARNAIN (kepada semua):
Kita tidak hanya membawa daging pulang. Kita membawa keberkahan, keikhlasan, dan cahaya iman bagi Atlantis Aquaris.
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 13:00 WIB
selesai Salat Jumat
ADEGAN 21 – PEMBAGIAN DAGING KURBAN DI KERAJAAN
Lokasi: Lapangan tengah Kerajaan Atlantis Aquaris – Selepas waktu salat Jumat, cahaya dari lentera laut menghiasi langit-langit karang.
(Warga dari berbagai penjuru kerajaan berkumpul dengan tertib di area lapangan utama. Tenda-tenda kecil telah didirikan. Para panitia kurban berjubah biru laut sibuk menata kantong-kantong daging kurban yang telah dikemas rapi.)
NARATOR (VO):
“Setelah penyembelihan suci di Pulau Suci, daging kurban dibawa pulang ke Atlantis Aquaris. Hari itu, seluruh kerajaan bersatu dalam semangat berbagi dan syukur…”
(Kamera memperlihatkan Bintang dan Nel ikut membantu membagikan daging kurban.)
NEL (mengangkat kantong daging):
Ini untuk Kakek Kurma dari Distrik Pasir Lembut, ya! Jangan salah antar, Bangsawan Cumi marah nanti!
BINTANG (menepuk kepala Nel pelan):
Tenang, aku hafal semua. Ini tahun ketiga aku jadi relawan di hari kurban. Lagipula, senyum warga itu bikin cape-nya hilang.
(Di sisi lain, tampak keluarga sederhana tengah menerima bagian mereka. Seorang ibu duyung memeluk anaknya yang riang.)
IBU DUYUNG (penuh haru):
Alhamdulillah... tahun ini kita masih dapat rezeki. Mari kita doakan mereka yang berkurban…
(Syekh Dzulqarnain berdiri di podium karang, didampingi Pangeran Marino dan para ulama laut. Ia mengangkat tangan, memberi isyarat berbicara.)
SYEKH DZULQARNAIN:
Saudara-saudariku... Daging ini bukan sekadar pemberian. Ini amanah dari mereka yang telah mengorbankan harta demi cinta kepada Allah. Maka makanlah dengan syukur, bagikanlah pada yang lebih membutuhkan, dan jangan sisakan dalam kesombongan.
(Warga mengangguk penuh haru. Takbir kembali bergema dari pengeras suara kerang yang menggantung di langit-langit karang istana. Gema takbir dipadukan dengan lantunan alat musik laut seperti seruling teripang dan gendang batu karang.)
PANGERAN MARINO (berbisik ke Syekh Dzulqarnain):
Atlantis Aquaris semakin damai. Tahun ini terasa istimewa sekali, Syekh.
SYEKH DZULQARNAIN:
Selama kita menjaga niat dan ikhlas dalam berbagi, keberkahan akan tetap menghuni dasar samudra ini.
(Di tengah keramaian, Rana mengajak anak-anak kecil untuk menyanyi bersama lagu tema Idul Adha. Suara mereka melantun merdu, menciptakan suasana syahdu dan bahagia.)
ANAK-ANAK (bernyanyi):
Tiada kambing, tiada sapi di sini,
Tapi hati kami tetap berkurban,
Di laut biru gema takbir berseri,
Idul Adha penuh kedamaian…
---
Jumat, 06 Juni 2025 pukul 20:00 WIB
ADEGAN 22 – MALAM PERAYAAN DAN DOA BERSAMA DI BALAI LAUT
Lokasi: Balai Laut Atlantis Aquaris – Malam hari, langit laut dihiasi lentera ubur-ubur berpendar lembut.
(Suasana hangat terasa. Balai Laut dipenuhi warga dari berbagai distrik. Lantai kristal biru transparan memantulkan cahaya lentera ubur-ubur dan pendar mutiara. Para musisi laut memainkan alat musik tradisional bawah laut. Warga duduk melingkar, beberapa membawa bekal sederhana hasil olahan daging kurban.)
NARATOR (VO):
“Di Atlantis Aquaris, malam Idul Adha bukan sekadar pesta. Ia adalah waktu merenung, bersyukur, dan menyatukan kembali hati-hati yang tercerai karena kesibukan dunia.”
(Pangeran Marino, Bintang, Nel, dan Rana duduk bersama di satu lingkaran. Di depan mereka, sebuah nampan perak berisi sate daging gurih dan sup rumput laut hangat.)
NEL (mengunyah):
Sate daging kurban rasa pala laut ini... juara! Aku bisa makan sepuluh tusuk!
RANA (tertawa pelan):
Tapi kamu tadi dapat cuma lima, Nel. Sisanya jangan harap, ya.
BINTANG (tersenyum sambil menyesap sup):
Malam ini hangat sekali... Aku merasa seperti di daratan, tapi... lebih damai.
(Dari kejauhan, Syekh Dzulqarnain menaiki podium di tengah balai. Ia membawa tongkat karang putih. Semua hening. Lentera laut pelan-pelan meredup hingga suasana remang-remang damai.)
SYEKH DZULQARNAIN:
Saudara-saudariku...
Malam ini kita bukan hanya merayakan kurban. Kita merayakan kekuatan iman. Kurban bukan hanya daging dan darah. Tapi niat. Niat yang ikhlas. Doa yang tulus. Dan pengorbanan untuk kebaikan.
(Ia mengangkat kedua tangan. Semua ikut mengangkat tangan dalam sikap berdoa.)
SYEKH DZULQARNAIN (lanjut, lirih penuh penghayatan):
Ya Allah... berkahilah laut kami, berkahilah bumi mereka...
Satukan kami dalam cinta dan damai...
Lindungi para peternak dan nelayan yang menolong kami dengan keikhlasan...
Dan jadikan kurban ini... pembuka pintu-pintu keberkahan.
(Suasana sunyi. Hanya suara riak laut perlahan terdengar. Beberapa warga terlihat menitikkan air mata. Pangeran Marino memejamkan mata, Rana menggenggam tangan Nel. Bintang menatap langit laut dengan mata yang berkilau.)
BINTANG (pelan, kepada dirinya sendiri):
Ternyata... di dasar laut pun, langit bisa begitu dekat.
(Musik lembut mulai mengalun. Lentera laut kembali menyala perlahan. Warga mulai saling menyapa dan tersenyum. Di kejauhan, sekelompok anak duyung menyalakan kembang api laut yang mengalir seperti bintang-bintang melintasi air.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar